Home Artikel



K.H. Hilmi Aminuddin, Lc.


Untuk menjaga eksistensi, integritas dan soliditas jama’ah ini, kita harus memiliki: 


Pertama, atsbatu mauqifan (paling teguh pendirian dan kokoh sikapnya). Beberapa waktu yang lalu kita ditarik-tarik, didorong-dorong, diprovokasi, tetapi kita tetap berdiri tegak, teguh dan kokoh, tidak terpancing dan terprovokasi karena quwwatul fikroh, aqidah dan manhaj, termasuk keteguhan dengan godaan uang dan jabatan. 


Keteguhan sikap kadang menimbulkan sikap keras/ekstrim, kesombongan dan kaku dalam komunikasi, makanya sikap ini harus diimbangi dengan yang Kedua, arhabu shodron (paling berlapang dada). Lapang dada dalam menerima kritikan dan fitnah. Bahkan kita jadikan semua itu sebagai bahan untuk mawas diri, memperbaiki diri kita sebagai pribadi dan partai.

Kita tenang dan tidak berlebihan hadapi ancaman, caci maki, sehingga komunikasi dengan orang bahkan dengan yang mencaci maki tidak mandek.

Rasulullah SAW, ujianya lebih besar daripada kita. Asyaddul balaaan al ambiya (yang paling keras cobaannya adalah para Nabi).

Saat beberapa tahun sebelum hijroh, Khodijah meninggal dunia, padahal dia yang selalu melindungi dan mem-backup Nabi. Tidak terlalu lama, Abu Tholib juga meninggal. Saat itu intimidasi Quraisy makin meningkat, karena mereka beranggapan Nabi tidak memiliki pelindung. Nabi mengalami himpitan yang luar biasa, sehingga  turun ayat Allah SWT menghibur dan meneguhkan sikap beliau... maa waddaaka robbuka wama qola .. sekali kali Allah tdk akan meninggalkanmu. 


Baca juga :

Allah SWT dari waktu ke waktu menguji kita, selagi kita istiqomah ala thoriqi dakwah, Allah SWT tdk akan meninggalkan kita. Allah SWT sedang menggembleng kita dengan instruktur yang hebat supaya hasilnya maksimal dan hakiki. Allah SWT membangunkan semangat kita.. walal akhirotu khoirul laka minal uula. 


Alam yajidka yatiiman faawa... bukankan kamu miskin, tidak ada yg melindungi.. wawajadaka dhoolan ... kamu dalam kondisi tersesat, tidak tahu solusi, maka fahada.. Allah menunjukan manhaj dan  jalan manhaj yg benar. Wawajadaka aa'ilan faaghna ....dulu kamu tidak punya apa apa. Liqo pakai sandal jepit, sekarang kita  mendapatkan karunia Allah yang besar. Faammal yatima ... maka kita harus membela dhuafa, mengentaskan masalah rakyat yang lemah. Karena sikap kalian kepada dhuafa maka Allah memberi fasilitas kepada kalian. Faamma binikmatika ...nikmat dari Allah sebarkan.  Jika bersyukur maka fasilitas Allah diperluas baik ruang lingkup partai mapun umat. 


Dalam ayat yang lain... Alam nasyroh: bukankah telah Ku lapangkan hati kalian... wawadho'na anka wizrok .. Kami letakkan beban di hati kalian, warofa'na laka dzikrok ... bahkan kemuliaan kalian ditingkatkan yang sebelumnya tidak dikalkulasi nasional dan internasional. Fainna maal usri yusra ..

Allah memberikan kemudahan melalui kesulitan dan dalam kesulitan ada kemudahan. Karena itu untuk menemukan kenikmatan dalam ancaman, kita harus aktif dalam bekerja dakwah. Faidza farogta fanshob, waila robbika farghob.


Ketiga,

a'maqu fikron (pemikiran yang mendalam). Tidak sekedar berlapang dada, tapi juga amaqu firkron, berfikir mendalam..episentrum masalah ini dimana, targetnya apa, tujuan apa, harus ditelaah dan didalami dengan baik.


Keempat,

ausa'u nadzoron (pandangan yang luas), tidak terjebak oleh jebakan-jebakan.


Kelima,

ansyathu amalan (paling giat bekerja/beramal). Sebagai aktivis dakwah kita harus ansyatu amalan, paling giat, dinamis kerjanya di segala sektor. Tidak boleh berhenti karena ada ujian dan cobaan. Tidak menghentikan kerja, tapi boleh di ubah strateginya. Paling giat bekerja, paling aktif dengan aktivitas yang memiliki daya konpetisi, daya picu, daya ungkit. Al-Quran menyuruh fastabiqul khoirot, kerja kompetitif. Tidak mungkin bisa kompetitif kalau tidak menjadi kader unggulan,  kader pemikul beban. Kita bukan tipe kader pedaging, tapi kita adalah kader rahilah atau pemikul beban berat. Rahilah adalah unta pemikul beban yang sanggup melakukan perjalanan jauh selama dua minggu tanpa makan dan minum. Punuknya menyimpan lemak khusus yang mengeluarkan cairan saat dibutuhkan.  Nabi menggambarkan kader yang siap memikul beban dalam perjalanan yang jauh seperti rahilah.


Keenam,

ashlabu tandzim (organisasi, system paling kokoh). Bukan hanya paling giat kerjanya, tapi juga paling kokoh dan teratur kerjanya. Memiliki matanatut tandzim, kekokohan struktur, organisasinya, termasuk juga agenda agendanya. Tandzim kita sudah terbukti soliditasnya, ini bahasa umum. Kadernya di anggap militan. Ini sudah jadi omongan orang. Kita khawatir kita lebih  jelek dari anggapan orang. Kita harus khoirun mimma yadzunnun, lebih baik dari apa yang dianggap oleh orang lain.


Ketujuh,

aktsaru naf'an (lebih banyak manfaatnya, produktif). Paling banyak memberi manfaat kepada bangsa dan negara, rakyat dan kemanusiaan. Khoirun naas anfauhum linnas. Manfaat bersifat material, moril, pelayanan. Apalagi banyak kader yang terlibat dalam penyelenggaraan negara, sehingga kita punya peluang besar ikut menyalurkan manfaat kepada umat.

Kalau umat mengakui kita paling banyak manfaatnya, tentu masyarakat akan memberikan pembelaan dan kepercayaan kepada kita. Kita jangan sekali-kali menjadi komunitas yang defisit kebajikan, tetapi harus menjadi komunitas yang surplus kebaikan. Ini semua untuk menjaga istbatul wujud, menjaga integritas kita ditengah tengah masyarakat. [ ]


📚 K.H. Hilmi Aminuddin, Lc.


No comments

Post a Comment

to Top